Defani Tri Armendo, D. N. H., & Dewi Puji Lestari. (2022). Jurnal Pengaruh Shopping Lifestyle, Discount Dan Promosi Penjualan Terhadap Implusive Buying Produk Di Cordy Butik Bandar Lampung: Era globalisasi saat ini telah mengakibatkan banyak dunia usaha baru bermunculan yang menyebabkan tingginya tingkat persaingan. Perusahaan bersaing dengan strategi masing-masing dalam mendapatkan konsumen yang diharapkan akan loyal pada perusahaan. Hal ini menuntut perusahaan agar selalu memperbaiki strategi dengan lebih kreatif dan inovatif agar tidak tertinggal dengan pesaing. Tingkat persaingan tinggi diakibatkan oleh globalisasi yang memudahkan bisnis baik pada pasar domestik maupun pasar internasional dalam menyadari kebutuhan konsumen yang semakin meningkat. Di Indonesia, salah satu bisnis yang semakin meningkat pertumbuhannya adalah bisnis ritel. Ritel dapat didefinisikan sebagai semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan yang sifatnya pribadi dan bukan penggunaan bisnis. Seiring dengan perkembangan zaman yang telah memasuki Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dan semakin modern menyebabkan banyaknya pembangunan mall atau shopping center. Bertambahnya shopping center di Bandar Lampung dari tahun ke tahun menjadikan peluang bisnis bagi para pelaku bisnis terutama di bidang fashion karena banyak pengunjung yang berkunjung ke shopping center. Era globalisasi dan perkembangan dunia telah menyebabkan semakin ketatnya persaingan bagi dunia usaha dalam upaya untuk menembus pasar yang semakin luas. Dalam perdagangan tidak hanya menerpa pada satu jenis perusahaan saja, namun juga berlaku pada hampir semua jenis perusahaan salah satunya persaingan bisnis ritel. Kemajuan teknologi akhir-akhir ini telah memicu selera masyarakat makin bervariasi, sedangkan dari sisi pedagang terutama yang memiliki modal besar melakukan perubahan metode atau cara dalam memasarkan produknya. Untuk meraih posisi yang lebih baik maka setiap perusahaan harus memperhatikan kepuasan konsumen dengan cara memberikan pelayanan yang terbaik. Hal ini dapat memberikan keuntungan dalam waktu yang panjang bagi perusahaan. Keuntungan tersebut didapat dari adanya pembelian produk. Kemampuan meningkatkan pembelian produk dan keuntungan secara terus menerus merupakan syarat mutlak bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Seiring perkembangan zaman, lebih banyak ritel modern yang di dirikan dibanding ritel tradisonal. Bisnis ritel mengalami perkembangan yang cukup pesat,ditandai dengan semakin banyaknya peritel tradisonal yang membenahi diri menjadi bisnis ritel modern (Utami, 2006). Pertumbuhan ritel di Indonesia juga diakibatkan oleh pesatnya pertumbuhan penduduk yang bersifat konsumtif terutama untuk memenuhi tuntutan lifestyle (gaya hidup). Menurut Dalvi dan Pataskar (2012), perubahan gaya hidup, pertumbuhan pendapatan, dan pertumbuhan pendidikan yang semakin meningkat adalah driver pada sektor bisnis ritel ini. Seperti di kota Bandar Lampung,kota ini adalah salah satu kota yang mengalami peningkatan ritel modern dari tahun ketahun. Peningkatan ritel di kota ini sesuai dengan sebagian besar penduduknya yang bekerja sebagai pedagang. Zaman yang semakin modern ini menyebabkan mulai berkembangnya pembangunan shopping centre (pusat perbelanjaan). Jenis shopping centre yang ada di Bandar Lampung memang belum sebanyak dan semaju yang ada di kota-kota besar, tetapi peningkatan pusat perbelanjaan tersebut dapat membuktikan bahwa masyarakat kota Bandar Lampung termasuk masyarakat yang konsumtif. Fashion merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang penampilan. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak juga sudah mulai memperhatikan penampilan dikarenakan tuntutan zaman yang semakin maju. Istilah fashion sering digunakan untuk menunjukan jati diri seseorang. Fashion ini dapat menunjukan selera seseorang pada waktu tertentu dan dengan cara berpakaian dapat menandakan perbedaan kelas dan indetitas sosial (Banister & Hogg, 2004). Tuntutan era yang semakin modern menyebabkan kebutuhan konsumen akan fashion semakin meningkat karena berpengaruh terhadap lifestyle (gaya hidup) mereka. Shopping lifestyle adalah perilaku konsumen yang memiliki tanggapan atau motivasi bahwa berbelanja adalah gaya hidup mereka. Mereka akan rela mengorbankan sesuatu demi memenuhi keinginan gaya hidup mereka yang suka berbelanja. Shopping lifestyle juga didefenisikan sebagai perilaku yang diperlihatkan oleh pembelanja yang memperhatikan pada respon personal dan opini atas pembelian sebuah produk, maksudnya perilaku konsumen yang menganggap bahwa berbelanja suatu produk fashion menunjukan sikapnya terhadap merek, pengaruh iklan dan kepribadian (Cobb & Hoyer, 1986). Pelanggan cenderung membeli produk apabila ada tawaran iklan dan fashion terbaru, selain itu pelanggan sudah percaya akan kualitas merek yang ditawarkan (Prastia, 2012). Shopping lifestyle juga berhubungan dengan perilaku antar bermasyarakat untuk hidup yang inovasi dan gaya hidup yang berorientasi harga (Okada, 2007). Sesuai dengan pernyataan Troxell dan Stone dalam Sembiring (2013) bahwa fashion didefenisikan sebagai gaya yang diterima dan digunakan oleh mayoritas anggota sebuah kelompok dalam satu waktu tertentu. Sedangkan menurut Solomon dalam Sembiring (2013) fashion adalah proses penyebaran sosial (social diffusion) dimana sebuah gaya terbaru diadopsi oleh kelompok konsumen.Impulse buying adalah kegiatan untuk menghabiskan uang yang tidak terkontrol dan kebanyakan pada barang-barang yang tidak diperlukan oleh konsumen. Barang-barang yang dibeli secara tidak terencana (produk impulsif) kebanyakan adalah hanya karena dorongan atau hasrat ingin memiliki suatu produk (Muraganantham & Bhakat, 2013). Berdasarkan penelitian Virvilaite., Saladiene., Zvinklyte (2011) menyatakan bahwa impulse buying bisa terjadi dengan adanya hubungan antara faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor berasal dari dalam diri konsumen sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari pengaruh lingkungan. Shopping lifestyle termasuk kedalam faktor yang berada di dalam diri konsumen. Adanya perilaku impulsif memberikan dampak positif bagi para pelaku ritel. Dampak positifnya adalah pelaku ritel akan mendapatkan keuntungan yang tinggi pada toko mereka akibat memberikan stimulus dalam bentuk strategi yang bisa merangsang impulse buying. Oleh karena itu penting bagi pelaku ritel untuk mendapatkan informasi dalam menentukan strategi bersaing yang harus dilakukan terhadap perilaku impulse buying. Hal yang istimewa yang membuat Cordy Butik menjdi salah satu sasaran untuk berbelanja dikarenakan produk yang ada di butik tersebut semua di desain langsung oleh pemilik butik tersebut dan barang di import dari luar negeri, sehingga kualitas produk tidak diragukan oleh pelanggan. Desain dan jahit langsung oleh pemilik membuat cordy butik memperoleh keuntungan yang sangat besar. Hal tersebut menyebabkan Cordy Butik harus mempunyai fasilitas pelayanan dan mutu yang sesuai dengan standar yang diterapkan di butik. Fenomena pelanggan yang mendapatkan nilai atau manfaat, dan layanan sebagai produk yang tersedia di butik yang ditawarkan kepada konsumen yang berkunjung, dan melakukan pembelian ulang sehingga, permasalahan yang dapat di identifikasikan adalah bahwa produk butik mempengaruhi konsumen melakukan impulse buying. Meninjau kota Bandar Lampung yang dijadikan sebagai tempat objek penelitian, kota Bandar Lampung memiliki prospek yang kuat untuk berkembang menjadi kota besar dalam skala regional, nasional, bahkan internasional. Dalam sektor ekonomi, kota Bandar Lampung memiliki peluang yang besar untuk memantapkan diri menjadi pusat perdagangan dan jasa pada skala Sumatera bagian Selatan. Bandar Lampung juga memiliki beberapa department store, hypermarket, mall, distro, fashion outlet dan butik-butik yang tersebar di setiap sudut kota. Salah satu butik yang terus berkembang dalam beberapa tahun perjalanannya yaitu Cordy Butik yang memulai usaha fashion retail sejak tahun 2012 dan terus mengalami inovasi, diferensiasi produk fashion, dan pengembangan usaha yang signifikan. Cordy butik dengan jenis usaha fashion dipilih sebagai objek dikarenakan butik ini menjadi pemicu terjdinya impulse buying. Cordy butik yang menyediakan berbagai fashion, seperti jenis pakaian yang seringkali mendorong pelanggan melakukan impulse buying. Tujuan pertama ke cordy adalah untuk membeli gamis kebaya, atmosfer toko yang begitu menarik dan menampilkan produk-produk yang bagus saat berkeliling di cordy mendorong keinginan pelanggan yang sedang berbelanja untuk berbelanja produk lain yang dipajang di cordy tersebut. Pembelian ini dilakukan tanpa ada rencana sebelumnya dari rumah. Jurnal Manajemen, Ekonomi, Keuangan Dan Akuntansi, 3(1), 377–384. Retrieved from https://ejurnal.poltekkutaraja.ac.id/index.php/meka/article/view/139